PUSMA Online

 

PUSAT STUDI MELAYU ACEH

www.pusma.8m.net

 Artikel
 Puisi
 Prosa
 Galeri Foto
 Sahabat
 Agenda

NOVELET

Szi novel 2002-12

KAYU BERSURAT

“Tiap-tiap sesuatu akan binasa melainkan ZatNya.BagiNyalah kuasa memutuskan segala hukum. KepadaNyalah kamu semua  akan dikembalikan “ (Al-Quran, XXV111,88)

" KAYU BERSURAT ? "
" Hem , yaa kayu bersurat ! "
"Bukan batu bersurat ? "

Prof. Mike Houtman memang hampir tidak percaya apabila Dr.Aqran bercakap tentang kayu bersurat, bukan batu bersurat. Ah, dia sudah hampir 25 tahun mengkaji dan menganalisis batu bersurat. Dari lembah Krueng Raya menyusup ke kaki gunung Suelawah, memang jenis itu sudah hampir pupus. Hanya tinggalan sisa lampau. Tidak ada lagi bengkel yang menyedia, membentuk dan mengukir kaligrafi di permukakan batu tiga dimensi itu lagi. Kini hanya kelihatan batu-batu gondol tanpa ukiran tanpa sentuhan pengukir . Memang asalnya itu barang import. Sumber budaya benda yang ditempah dan dibawa dari negara Timur Tengah sana. Itulah yang ditemuinya dalam kerja bandingan antara makam Ratu Nahrasiah puteri Sultan Zainal Abidin putera 
Sultan Muhamad putera Sultan Malikul-Saleh 1 dengan makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik malah sama juga reka bentuk dan ragahm hias, kaligrafi dengan makam serta nisan ' Umar al - Kazaruni ' . Kaligrafi makam sarat dengan ukiran surah Yassin gaya tuluth berhias motif kubah berapit, dengan tambahan bentuk bekas air mawar, serta jejeran motif biji teratai seperti juga hiasan peterana di Dhevan-e-Khas Jahan . Bayangkan bagaimana perarakan batu nisan dari lembah Attar yang muncul di zaman Babur dan terbukti dengan nisan kasih sayang Shah Jahan boleh berarak menyeberang lautan dan muncul di Perelak dan Pasie? Terngiang pula lantunan suara Prof. Ali Hajmy, " sejak dulu, bila bahtera Iskandar mula mengibarkan bendera di puncak tiang, yang ikut serta bukan saja pahlawan, tukang masak, juru iring raja, pengarak kebesaran, panji-panji, tombak, pedang , tabuh pengenal masuk azan, pengiring gendang ya, termasuk pengukir batu, batu nisan…dan bertaburanlah nisan batu 
Acheh di serata pelusuk nusantara…"

" Ya, batu nisan, bukan kayu nisan "
" Tidak, maksud saya, kawan saya itu, mengukir kayu bersurat ! "
" Sebagai nisan? "

Dr Aqran mengenalkan Prof. Houtman ( lebih senang dipanggil dengan nama awalnya Mike ) dengan Okam si pengukir kayu bersurat. Sekali lagi Mike terkejut tidak percaya, Okam yang diceritakan sebagai pengukir kayu bersurat tengah bersila di anjung rumah, di atas lantai papan yang disusun jarang, sedang mengadap kayu yang setengah telah dibentuk, dengan rambut bersanggul tinggi, berlengan pipih, berjari dengan kuku meruncing, ya dia wanita, pengukir wanita. Keajaiban atau keanehan atau satu keasyikan baru, mengkaji seorang pengukir - wanita. Dasar pengkaji! Dan Okam? Nama aneh juga kenapa wanita yang masih segar bugar itu memilih kerja sebagai pengukir? Dan namanya OKAM!

Si Okam masih menerus kerjanya. Dari menukul baluh kayu, menurih, menggores, menebuk hanya dengan gerak tangan, lincah, wajahnya basah berkeringat. Setiap dia menghayun penukul kayu ke atas baluh setiap itu Mike melantunkan pertanyaan yang tidak mudah dijawab . Memang dia tidak pernahpun memikirkan ada wanita mengukir kayu nisan. 

" Ya, bila lelaki tidak lagi ada waktu mengukir nisan, tidak salahkan wanita mengambil alih, melakukannya…jadi anda fikirkan ini kayu nisan? - ah anda juga seperti peneliti budaya yang lain, memandang serong, aneh, inikan arca, jadi kenapa aneh, gerun dengan citra nisan?
Ini konsep baru saya, ini siri kaligrafi seni rupa sebagai melangkah ke abad siber…."

" Tetapi kenapa citra nisan ? "
" Anda merasa ini nisan? "
" Ya, ini lambang kematian, atau harapan mengarah ke dunia jauh sana ! "
" Dunia jauh? "
" Anda tidak fikir begitu, jarak antara dunia hayat - fana dan alam baqa…?"

Aqran sudah mula menduga , Mike sarjana batu bersurat yang menghabis sisa kehidupannya di dunia Nusantara, sudah mula masuk ke dunia debat antropologi. Memang dia masih menyambung tugas sarjana - sarjana barat lain, mungkin kerja Daniel Perret dulu telah merangsang untuk meneruskan penyelidikan sarjana falsafahnya. Dia sudah mengumpulkan aneka jenis rekabentuk nisan di Kota Tinggi, di sepanjang sungai di Johor Lama termasuk Batu Sawar, menemukan jejeran makam pahlawan jalur keturunan akhir Melaka , seperti makam Sultan Mahmud, baik keluarga di raja di Makam Tauhid atau di Kampung Makam. Tetapi kenapa muncul makam dengan nisan batu aceh dengan aneka sususnan sendeng dengan berpuncak, bahu bersayap yang hampir terpotong. Dia melompat hingga ke Trengganu, menemukan batu bersurat penuh huruf jawi lama, meloncat lagi ke Pulau Bulan-bulang, juga menemukan latar yang sama, batu nisan, ditinggal sepi, tanpa nama, kecuali lakaran jawi Arab gondol, dikatakan sebagai makam pahlawan zaman Iskandar Muda. Di lanjutnya hingga ke makam raja-raja di Makassar masih dengan reka bentuk yangn tidak jauh bezanya. Untuk itu semua dia harus membandingkan dengan makam Ratu Barus dan Singkel apa lagi makam di Kota Banda milik Iskandar Thani. Bukankah di situ berkumpul segala hiasan yang melambangkan kemewahan dan Ratu Safiatuddin sendiri mengarahkan keindahan reka bentuk dan ragam hiasnya. Tetapi aku bukan pengukir, dan Okam? Tidak mungkinkah pengukir Okam mula menembusi jalur sufi nenek moyangnya?

Dan Aqran mula rasa bersalah membawa Mike bererti mengganggu kerja seniman Okam.Dia sendiri juga hampir tidak percaya apabila Do Raman bercerita tentang seorang pengukir, mengukir kayu bersurat dan Mike mendengarnya. " Ya kenalkan saya dengan pengukir itu…"

Tetapi Okam, dengan mirip orang yang pernah dikenalnya nun jauh di bumi Aberdeen, lebih sepuluh atau lima belas tahun dulu, apakah benar Okam itulah disapanya dalam bas sepanjang menyusur ladang gandum di Ellon musim panas jauh di benua utara. Lima belas tahun bukan waktu yang pendek, boleh saja Okam memunculkan gaya hidup baru daripada seorang sarjana komunikasi budaya merubah hidup dengan mengambil alih tugas ayahya, pengukir Nusantara. Okam atau Mar atau mungkin Do Ramanlah yang lebih tahu.

" Namamu aneh juga, mungkin kalau boleh saya tahu, nama lengkapmu… "
" Ya. Boleh saja dipanggil Okam, atau Ukam atau Ikam ya, tergantung kepada lidah masing-masing…!"

* * * * *

Ya Mar yang tersedu di ladang gandum perbukitan Ellon 20 km ke utara Aberdeen. Dan Do Raman yang terhimpit di Sherfeild. Do Raman dengan dendam nyilu, Dan Mar yang dicekam sedu. Atau dia hanya terganggu saja dengan episod Mar2. 
" Mar? "
" Saya Okam "
" Kam? "
Tetapi yang melantun-lantun kemudian ialah penukul kayu dengan amat perkasa membenamkan mata pahat memakan urat baluh arcasia. Jalinan akar mula tergelitat, mula mempamerkan liuk lintuk sulur bayung, tembus ke arah hujung puncak arcasia. Arcasia bagai mengaduh kesakitan setiap mata pahat menyiat dan merobek kulitnya. Tetapi Aqran bagai menikmati kesakitan baluh arcasia dan Mike masih setia melihat ke arah Okam yang berkerja tanpa peduli siapa di depan atau di sisinya. Ombak Pantai Irama seperti biasa menderu setiap kali memukul hujung karang . sesekali mendesah menjilat pasir pantai. Deru itu saling bersatu dengan hembusan bayu yang menggerakkan daunan pandan laut. Ya Okam sudah dua minggu berada di rumah pengukir Nik Rushdum. Pengukir yang setengah gila mengukir hulu keris yang kerjanya nmemang masuk kampung keluar kampung di Patani, di Simpang Tiga hingga jauh ke Kompong Cham hanya utnuk mencari gading gajah putih. Kalau lebih beruntung dia juga boleh mendapatkan daun pintu rumah lama dengan ukiran timbul berhias bunga teratai dengan kelopak tujuh lapis lengkap dengan putik yang belum berkembang sehingga muncul purnama penuh. Itulah antara sahabat baik Okam yang diketahui Aqran . Okam sendiri pernah bercerita , beberapa kali kawan dekat Nik Rushdum selalu terpana terkejut mendapat panggilan telefon pejabat kastam di sempadan Golok…" Cepat datang aku sudah dalam lokap, dituduh menyeludup barang antik Siam " Dan sahabat juga tahu, selepas itu adalah caci maki Nik Rushdam, " binate, ngaku, kerigh ni milik Sie, ini milik nenek moyangku, nah kau lihat ulunya, tengkuk ayam patah dagu, sayap kumbang dan batu nilam , delima semua dari lombong nenek moyangku, puih…"

" Okam? "
" Tidak ada pengukir bernama Okam? "
" Yang mengukir itu ?" "
" Si Mar , sudah dua minggu di sini , kenapa ? "

Sekali lagi Aqran tersentak. Dua nama berbeza tetapi kenapa dia menemukan getaran hati yang sama.

" Hei , kau Okam, eh, kau Mar? "
" Okam? Oh O=orang, kam = kampung , . dia mengaku orang kampung kalau datang ke sini. Ya itulah Okam barangkali "

Deru ombak laut Aberdeen yang berlangit kelabu, bangunan batu yang juga berwarna kelabu, memang dia melihat wajah Mar yang sendu kelabu. Maaaaaar !

* * * * *

Arcasia bernyanyi
Meranti menari
Flamboyant berbunga lagi
Jati tergeliat menjulang tinggi
Siapa berteduh di bawah menanti ?

Sang pengukir membentuk urat garis. Memastikan kelopak bunga bermula dari benih, muncul bersulur, meliuk ke kanan, meliuk ke kiri, menjulang ke atas berdiri tegak tidak menyombong kerana melentur ke bawah sopan bergoyang. Okamlah itu menyusun gerak sulur, memastikan kelopak cengkeh cukup jumlah daunnya, memastikan sulur kacang dan biji ketola tersusun rapi tidak bertabur dalam piring sari. Fikiran Okam tertumpu kepada mata pisau, mengariskan jalur halus, menyilangkan garis untuk mencipta piring sari saling bertindih membentuk kelopak lapan. Ingat, hanya hati yang lapang, fikiran yang tenang dan sukma yang luluh dalam zikir dinihari mampu mencipta bunga yang diiginkan. Namun siapakah yang menghimbau tepat jarinya turut menghiris kulit ari jari kelingking sebelah kanan sehingga dia sedar, sukmanya terlontar ke ruang paling jauh….rindu sukma terlantun, siapakah yang menyeru jauh entah dari mana… S u f i n a h ! 

" Sufinah ? "
" Saya Okam, perempuan kampung di pantai Irama ini…Okam . Selamat malam , salamuaalaikum "

* * * * * *

JEJERAN arca kayu bersurat sudah disusun memenuhi ruang taman. Berjejeran dengan susunan butiran batu sungai hitam dan putih. Longgokan daun bidara kering saling bertindih seakan melengkapkan lagi taman dengan jejeran kayu bersurat. Kayu bersurat pertama dengan ketinggian empat jengkal dari tapak, sejengkal jejari tapak, tubuh kayu bersuratnya berdiri sendeng lima belas darjah ke kanan . Itulah arca kayu bersurat yang pertama dihasilnya lebih enam bulan. Beberapa motif bunga pecah enam timbul berlapisan dengan motif bunga cengkeh, daunan teratai, beberapa anak ikan bagai terapung, dalam lingkaran kaligrafi bebas abjab alif, lam, lam, ha. Beberapa orang sahabat yang mula peka dengan pelajaran seni kaligrafi pula mula bertanya mana gaya tuluth, mana gaya kufi. Dengan ketawa dia menjawab " inilah gaya Okam , kita harus belajar gaya anak tempatan ". Tentu saja sahabat-sahabat itu pada menyeringai mendengar nama Okam. Tentu saja nama pengukir yang belum pernah muncul dalam persada seni rupa tanah air. Biarlah, nama tidak penting, dan Okam juga tidak akan datang kalau pameran di rasmikan oleh Menteri Kebudayaan.

Selepas itu memang ada yang muncul sambil menggelengkan kepala…ada suara lain pula yang berkata-kata ,
" Ya reka bentuknya lebih awal sebelum batu bersurat, ukirannnya lebih berunsur alam Melayu, ya bukan Parsi bukan Turki. "
" Ya pengukirnya Okam, katanya apa, Orang Kampung ? "
" Kata sahabatnya dia dari Pantai Irama "
" Guru yang mengajarnya mengukir? "
Tidak ada jawaban. Tidak ada jawaban.
Okam
Okam
Dialah pengukir arca dengan ciri-ciri motif pucuk kayu bersayap, tegak dan sedikit sending ke kanan.

Hanya Do Raman yang muncul di taman arca itu , tersentak. Kala dia mendaki perbukitan menuju ke arah mencelah rimba padat dia tersandung dengan tunggul -tunggul kayu, dicacak di tanah yang baru ditimbus. Tunggul-tunggul kayu sebagai tanda di situ berkubur secara massa, orang-orang tak berdosa mati di kambus tergesa. Itulah citra ukiran kayu bersurat nun jauh di pesisir Selat Melaka. Sufinah sudah kau temui Okam?

AZAN pun melantun-lantun, ke arah bukit, berbalik kembali ke arah kaki bukit dan terapung di celah-celah awan. Celahan kepulan awan saling berbayang jatuh di permukaan tasik yang. juga sudah dibiasi bentuk kubah biru, berkaca di permukaan air. Aqran, Do Ramah, Mike masing-masing sedar, pemandangan begitu tidak pernah tunggal. Malah saling melantun-lantun juga dalam ingatan pancaindera dan minda . Dengan latar belakang ilmu yang berbeza tiga orang sahabat ini, bagai sepakat mengandai, memang ada suara zikir yang melantun dari arah roh sang pengukir lewat roh zikir itu pulalah yang bertebaran lewat jalinan kerawang, bunga cengkeh, sulur bayung, dan unggas kecil seakan sayap burung dan sayap atau sirip ikan bertebaran dalam beberapa arca kayu bersurat. Sanggupkah mereka menyatakan kesepakatan, di situ telah menyatu jalinan surat abadi yang telah saling terikat tersimpul hanya dapat dibuka melalui mata hati? 
Diam-dian Sufinah mencatat dalam buku di depan ruang pameran…
' Ukiran abadi Okamku = Orang Kampung, dengan denyut pencarian menuju Rumah Abadi '

Baik Mike, Aqran dan Do Raman memang tidak bertanya lagi tentang kayu bersurat. Tetapi kenapa Okam tidak datang?

Gombak
24-27 Mei 2002

Sitti Zainon Ismail

Kembali ke Index>>>

Kabar Duka

Innalillahi wainna Ilaihi Raji'un

Keluarga Besar Pusat Studi Melayu-Aceh (Pusma) dan Keluarga Besar Dewan Kesenian Aceh (DKA) turut berduka cita sedalam-dalamnya atas berpulang ke Rahmatullah ibunda Prof Sitti Zainon Ismail di Banggi, Sabtu (26/10) sekitar pukul 03.00 waktu Malaysia atau pukul 04.00 waktu Indonesia. Semoga almarhumah mendapat tempat disisi Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan hendaknya diberi ketabahan serta kekuatan iman. Amin.

Pengurus PUSMA/DKA 

PAMITAN - Prof. Sitti Zainon Ismail didampingi Direktur PUSMA Prof. DR Darwis A Soelaiman sedang berpamitan hendak meninggalkan ruang seminar untuk kembali ke Malaysia karena sang Ibunda berpulang ke Rahmatullah. Sitti berhalangan menyampaikan makalah dalam seminar antarbangsa Melayu-Aceh di Banda Aceh, Sabtu (26/10/2002). FOTO-PUSMA

Email: pusma@lycos.com