PUSMA Online

 

PUSAT STUDI MELAYU-ACEH

www.pusma.8m.net

 Artikel
 Puisi
 Prosa
 Galeri Foto
 Sahabat
 Agenda

Seni Budaya Harus Bangkit dari Pase

LHOKSEUMAWE – Berbagai komonitas seni dan budaya Aceh yang telah terpendam dan tergilas dengan hasil seni budaya luar, baru bisa kembali kalau aktivitas seni itu dibangkit kembali dari daerah Pase. Sementara pelaku seni lainnya di NAD hendaknya segera membentuk dan mengatur kekuatan barisannya demi merebut kembali harkat dan martabat seniman yang terkesan telah mati pelan-pelan akibat kurang kepedulian.

Penjelasan itu diungkapkan Ketua Dewan Kesenian Pase (DKP) Aceh Utara Syamsuddin Djalil (45) Rabu (12/11) di Lhokseumawe. Sebelumnya hal itu juga telah dipaparkan Syamsuddin (ayah Panton) dalam pertemuan perdana dengan para tokoh seni dan pimpinan sanggar di 17 kecamatan di Aceh Utara. Jika kegiatan seni tersebut dimulai di daerah kerajaan Pase, kata Syamsuddin, pihaknya yakin semuanya akan bisa mencapai hasrat dan dalam hal itu perlu juga dukungan pemerintah daerah.

Meneurut Syamsuddin, “dalam upaya memunculkan kembali semua komonitas seni yang tergilas itu harus beranjak dulu dari bumi Pase. Jika daerah lain memulai tak akan berhasil bangkitkan kembali komonitas seni Aceh yang seperti batang terendam itu,” kata Syamsuddin yang terpilih menjadi Ketua DKP dalam Musda-I Dewan Kesenian Pase Aceh Utara, Sabtu (26/10) lalu di Aula
Setdakab.

Membangkit kembali komonitas seni harus dari Pase, menurut Syamsuddin, karena semua hal di Aceh berawal dari Pase. Karena Pase bumi tertua di Aceh yang dikenal di Asia Tengga, “tak berdosa kalau kita
mengatakan bumi pase sebagai bumi paling mulia setelah Mekkah, karena daerah ini sebagai tempat munculnya Agama Islam perdana dan baru berkembang ke seluruh Asia Tenggara,” kata Syamsuddin. Justru itu, gerakan awal seni dan budaya Aceh harus dimulai oleh para pelaku seni di daerah Kerajaan Pase.

Para pelaku seni di Aceh Utara, katanya cukup banyak berdomisili di berbagai desa terpencil dan kota, tapi yang baru terdaftar ke DKP hanya sekitar 30-an sanggar dari 17 kecamatan. Anjloknya pelaku seni di Aceh, karena mereka tak memiliki modal dan tidak ada pembinaan selama ini dari instansi terkait, sehingga membuat karir mereka tidak berkembang. Dalam hal itu pembentukan DKP Aceh Utara Oktober lalu, justru ingin membangkit kembali seni budaya lokal yang nyaris punah digenjot seni budaya asing, malah banyak anak-anak Aceh bosan dengan lagu dan musik daerahnya, itu akibat kesalahan semua pihak tidak memupuk seni budaya kepada generasi.

Dalam kesempatan itu meminta Pemda NAD Pemdakab memberikan perhatian kepada pelaku seni sekaligus membina mereka demi mengangkat harkat martabat seni budaya Aceh dari pandangan bangsa luar. Aceh harus ada sebuah lagu wajib yang tiap ada acara dapat dikumandangkan, lagu tersebut harus dikuasai dan dihafal oleh semua rakyat Aceh, katanya. (SI/ib)

Kembali ke Index>>>

Untuk Menyelesaikan Konflik Aceh
Belajarlah dari Snouch Hurgronje 
(28/10/2002)

Seminar
Budaya Melayu-Aceh
(25/10/2002)

Sekretariat PUSMA
Jalan T. Nyak Arief No. 314 Darussalam Banda Aceh, Indonesia, Telp. 0651-54558 

Email: pusma@lycos.com