Seminar
Budaya Melayu-Aceh
(25/10/2002)
BANDA
ACEH - Pagi ini, Gubernur Abdullah Puteh dijadwalkan akan membuka Seminar Antar Bangsa Pengkajian Budaya Melayu-Aceh di Museum Nanggroe Aceh Darussalam, Banda
Aceh yang diselenggarakan PUSMA. Seminar yang bertajuk
Relevansi Pertalian Budaya Melayu dalam Memperkokoh
Persaudaraan menghadirkan pemateri dari Malaysia dan Indonesia.
Menurut Ketua Panitia, Dr Abdul Djunaidi, MS,
pemakalah dari Malaysia dan Indonesia sudah datang ke Banda Aceh untuk membawa materi kajian Melayu-Aceh selama dua hari, Sabtu-Minggu
(26-27/10/2002).
Seminar ini, kata Abdul Djunaidi, sangat penting untuk disukseskan, karena Aceh adalah bagian dari Melayu, sehingga akar malayu cukup kuat di Aceh yang mempengaruhi unsur keislaman. "Bukti kuat adalah lewat tulisan raja-raja Aceh juga menggunakan bahasa Melayu yang ditulis dengan tulisan Jawi. Dulu bahasa formal di Aceh adalah bahasa melayu," sebutnya.
Bukti kuat lainnya, kata doktor jurusan bahasa ini, hampir-hampir tidak ada orang Aceh yang tidak bisa berbahasa Melayu.
Mungkin kalau diteliti, masyarakat Aceh pula yang sangat banyak memahami bahasa Melayu. Waktu itu banyak di nusantara yang tidak memakai bahasa Melayu sebagai bahasa perantaraan, sedangkan di Aceh bahasa Melayu menjadi bahasa kenegaraan masa kerajaan dulu.
"Dengan begitu seminar ini merupakan usaha kembali untuk memperkokoh persatuan Melayu sebagai bangsa yang besar," sebutnya.
Sekitar 200-an peserta seminar sudah mendaftar. Pada acara pembukaan selain menghadirkan tarian Rapa'i Geleng dan tarian lainnya juga pembacaan puisi oleh penyair wanita Malaysia, Prof Dr Sitti Zainon Ismail, penyair dari Aceh, D Kemalawati, dan AA Manggeng
Putra.(hel)
Kembali
ke Index>>>
|